Bismillahirrohmanirrohim. Segala pujian hanya pantas kita haturkan kepada Sang Pencipta alam semesta dan seluruh isinya ini. Allah Rabb Yang Maha Kasih dan Maha Sayang. Sholawat tercurah pada baginda Rasul Muhammad saw, keluarga, sahabat dan para pecinta sunnahnya hingga hari penentuan.
“Tak kenal maka kenalanlah”, seperti itu ungkapan yang pernah saya dengar dari beberapa teman-teman. Benar seperti itu memang, jika tak kenal, bagaimana kita dapat menyayangi. Jika tak menyayangi, bagaimana pula kita dapat memperoleh kebaikan-kebaikan.
Rasulullah saw pun sudah sangat mencontohkan bagaimana beliau memperkenalkan kaum muhajirin dan anshor pada mula-mula pembangunan peradaban Islam di kota suci Madinah.
Baik, langsung pada pembahasan inti postingan saya kali ini, yaitu mengenal keluarga Nabi Muhammad saw. Yang kali ini kita cukupkan para isteri-isteri mulia beliau ummahatul mukminin. Saya yakin sekali sampai titik ini banyak pembaca yang akan terdiam saat dipersilakan untuk menyebutkan siapa saja wanita yang pernah menikah dengan manusia terbaik Muhammad saw, yang menjadi ibunda kita umat Muslim. Bagaimana seseorang tidak mengenal ibunya? Sejauh apa kesalahan yang ia perbuat?
Dan berikut ini adalah isteri-isteri Rasulullah saw:
Khadijah binti Khuwailid
Sawdah binti Zam'ah
Aisyah binti Abu Bakar
Hafshah binti Umar bin al-Khattab
Hindun binti Abi Umayyah (Ummu Salamah)
Ramlah binti Abu Sufyan (Ummu Habibah)
Juwayriyah (Barrah) binti Harits
Shafiyah binti Huyay
Zaynab binti Jahsy
Zaynab binti Khuzaymah
Maymunah binti al-Harits
Maria al-Qibtiyyah
1. Khadijah binti Khuwailid
Ia merupakan istri Nabi Muhammad yang pertama. Sebelum menikah dengan Nabi, ia pernah menjadi istri dari Atiq bin Abid dan Abu Halah bin Malik dan telah melahirkan empat orang anak, dua dengan suaminya yang bernama Atiq, yaitu Abdullah dan Jariyah, dan dua dengan suaminya Abu Halah yaitu Hindun dan Zainab.
Berbagai riwayat memaparkan bahwa saat Nabi Muhammad s.a.w. menikah dengan Khadijah, umur Khadijah berusia 40 tahun sedangkan Nabi hanya berumur 25 tahun. Tetapi menurut Ibnu Katsir, seorang tokoh dalam bidang tafsir, hadis dan sejarah, mereka menikah dalam usia yang sebaya. Nabi Muhammad s.a.w. bersama dengannya sebagai suami istri selama 25 tahun yaitu 15 tahun sebelum menerima wahyu pertama dan 10 tahun setelahnya hingga wafatnya Khadijah, kira-kira 3 tahun sebelum hijrah ke Madinah. Khadijah wafat saat ia berusia 50 tahun.
Ia merupakan istri nabi Muhammad s.a.w. yang tidak pernah dimadu, karena semua istrinya yang dimadu dinikahi setelah wafatnya Khadijah. Di samping itu, semua anak Nabi kecuali Ibrahim adalah anak kandung Khadijah.
Maskawin dari nabi Muhammad s.a.w. sebanyak 20 bakrah dan upacara perkawinan diadakan oleh ayahnya Khuwailid. Riwayat lain menyatakan, upacara itu dilakukan oleh saudaranya Amr bin Khuwailid.
Pernikahannya dengan Khadijah menghasilkan keturunan hanya enam orang, yaitu: Al Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah dan Abdullah. Al Qosim mendapat julukan Abul Qosim, sedangkan Abdullah mempunyai julukan at Thoyib at Thohir yang berarti "Yang Bagus dan Suci".
2. Sawdah binti Zam'ah
Nabi menikah dengan Sawdah setelah wafatnya Khadijah dalam bulan itu juga. Sawdah adalah seorang janda tua. Suami pertamanya ialah al-Sakran bin Amr. Sawdah dan suaminya al-Sakran adalah di antara mereka yang pernah berhijrah ke Habasyah. Saat suaminya meninggal dunia setelah pulang dari Habsyah, maka Rasulullah mengambilnya menjadi istri untuk memberi perlindungan kepadanya dan memberi penghargaan yang tinggi kepada suaminya.
Acara pernikahan dilakukan oleh Salit bin Amr. Riwayat lain menyatakan upacara dilakukan oleh Abu Hatib bin Amr. Maskawinnya ialah 400 dirham.
3. Aisyah binti Abu Bakar
Aisyah adalah satu-satunya istri Nabi Muhammad yang masih gadis pada saat dinikahi. Aisyah dinikahkan pada tahun 620 M. Akad nikah diadakan di Mekkah sebelum Hijrah, tetapi setelah wafatnya Khadijah dan setelah Muhammad menikah dengan Saudah. Upacara dilakukan oleh ayahnya Abu Bakar ash Shiddiq dengan maskawin 400 dirham.
Hadits mengenai umur Aisyah tatkala dinikahkan adalah problematis. Hisyam bin ‘Urwah adalah satu-satunya yang mengabarkan tentang umur pernikahan Aisyah, yang didengarnya dari ayahnya. Bahkan Abu Hurairah ataupun Malik bin Anas tidak pernah mengabarkannya. Beberapa riwayat yang termaktub dalam buku-buku hadits berasal hanya dari Hisyam sendiri, dan hadits ini dianggap dhaif. Hisyam mengutarakan hadits tersebut tatkala telah bermukim di Irak, dan ia pindah ke negeri itu dalam umur 71 tahun.
Hisyam bin ‘Urwah menyatakan bahwa Aisyah dinikahkan ketika berumur 6 tahun. Muhammad tidak bersama dengannya sebagai suami-istri melainkan setelah berhijrah ke Madinah. Ketika itu, Aisyah berumur 9 tahun sementara nabi Muhammad berumur 53 tahun. Mengenai hal ini Ya’qub bin Syaibah berkata: “Yang dituturkan oleh Hisyam sangat terpecaya, kecuali yang disebutkannya tatkala ia sudah pindah ke Irak.” Ibnu Syaibah menambahkan bahwa Malik bin Anas menolak penuturan Hisyam yang dilaporkan oleh penduduk Irak.[1] Dalam buku tentang sketsa kehidupan para perawi hadits, tersebut bahwa saat Hisyam berusia lanjut ingatannya sangat menurun.[2]
Menurut Tabari, keempat anak Abu Bakar (termasuk Aisyah) dilahirkan oleh istrinya pada zaman Jahiliyah, artinya sebelum 610 M.[3] Apabila Aisyah dinikahkan sebelum 620 M, maka ia dinikahkan pada umur di atas 10 tahun dan hidup sebagai suami-istri dengan Muhammad dalam umur di atas 13 tahun. Menurut Abd alRahman bin Abi Zannad: “Asma’ 10 tahun lebih tua dari Aisyah.”[4] Menurut Ibnu Hajar al-'Asqalani, Asma’ hidup hingga usia 100 tahun dan meninggal tahun 73 atau 74 Hijriyah.[5] Apabila Asma’ meninggal dalam usia 100 tahun dan meninggal dalam tahun 73 atau 74 Hijriyah, maka Asma berumur 27 atau 28 tahun pada waktu Hijrah, sehingga Aisyah berumur (27 atau 28) - 10 = 17 atau 18 tahun pada waktu Hijrah. Itu berarti Aisyah mulai hidup berumah tangga dengan Muhammad pada waktu berumur 19 atau 20 tahun.
Sedangkan menurut Sahih Al-Bukhari, Aisyah sendiri mengatakan bahwa dirinya dinikahi oleh Muhammad ketika berumur 6 (enam) tahun.[6] Pandangan ini juga berlaku di kalangan umat islam tertentu.
4. Hafshah binti Umar bin al-Khattab
Hafsah adalah seorang janda. Suami pertamanya Khunais bin Hudhafah al-Sahmiy yang meninggal dunia saat Perang Badar. Ayahnya, Umar bin Khattab meminta Abu Bakar untuk menikahi Hafsah, tetapi Abu Bakar tidak menyatakan persetujuan apapun dan Umar mengadu kepada nabi Muhammad. Kemudian Rasulullah mengambil Hafsah sebagai istri. Hafsah Binti Umar wafat pada tahun 45 H.
Hafshah binti Umar bin Khaththab adalah putri seorang laki-laki yang terbaik dan mengetahui hak-hak Allah dan kaum muslimin. Umar bin Khaththab adalah seorang penguasa yang adil dan memiliki hati yang sangat khusyuk. Pernikahan Rasulullah dengan Hafshah merupakan bukti cinta kasihnya kepada mukminah yang telah menjanda setelah ditinggalkan suaminya, Khunais bin Hudzafah as-Sahami, yang berjihad di jalan Allah, pernah berhijrah ke Habasyah, kemudian ke Madinah, dan gugur dalam Perang Badar. Setelah suami anaknya meninggal, dengan perasaan sedih, Urnar menghadap Rasulullah untuk mengabarkan nasib anaknya yang menjanda. Ketika itu Hafshah berusia delapan belas tahun. Mendengar penuturan Umar, Rasulullah memberinya kabar gembira dengan mengatakan bahwa ia bersedia menikahi Hafshah.
Jika kita menyebut nama Hafshah, ingatan kita akan tertuju pada jasa-jasanya yang besar terhadap kaum muslimin saat itu. Dialah istri Nabi yang pertama kali menyimpan Al-Qur’an dalam bentuk tulisan pada kulit, tulang, dan pelepah kurma, hingga kemudian menjadi sebuah kitab yang sangat agung. (...bersambung)
Catatan kaki:
1.
^ Ibn Hajar alAsqalani, Tahzib alTahzib, Dar Ihya alTurath alIslami, jilid II, hal.50.
2.
^ AlMaktabah alAthriyyah, jilid 4, hal.301.
3.
^ alTabari, Tarikh alMamluk, jilid 4, hal.50.
4.
^ alZahabi, Muassasah alRisalah, jilid 2, hal.289.
5.
^ Al-Asqalani, Taqrib al Tahzib, hal.654.
6.
^ Sahih Bukhari. Vol 7, Book 62. Wedlock, Marriage (Nikaah). Hadith 065