Senin, 26 Oktober 2009

It's too Late (part III)

My mom only had one eye. I hated her... she was such an embarrassment. She cooked for students & teachers to support the family.
There was this one day during elementary school where my mom came to say hello to me, I was so embarrassed.
How could she do this to me?! I ignored her, threw her a hateful look and ran out.
The next day at school one of my classmates said,"EEEE, your mom only has one eye!"
I wanted to bury myself. I also wanted my mom to just disappear. So I confronted her that day and said, " If you're only gonna make me a laughing stock, why don't you just die?!!!"
My mom did not respond!!!
I didn't even stop to think for a second about what I had said, because I was full of anger. I was oblivious to her feelings…
I wanted out of that house.. So I studied real hard, got a chance to go to Singapore to study. Then, I got married. I bought a house of my own. I had kids of my own. I was happy with my life.
Then one day, my mother came to visit me. She hadn't seen me in years and she didn't even meet her grandchildren!.
When she stood by the door, my children laughed at her.
I screamed at her, "How dare you come to my house and scare my children!" GET OUT OF HERE! NOW!!!"
And to this, my mother quietly answered, "Oh, I'm so sorry. I may have gotten the wrong address," and she disappeared out of sight.

One day, a letter regarding a school reunion came to my house. So I lied to my wife that I was going on a business trip…
After the reunion, I went to the old shack just out of curiosity!!!. My neighbors said that she died. I did not shed a single tear!!. They handed me a letter that she had wanted me to have…

Here the letter:

"My dearest son,
I think of you all the time..
I'm sorry that I came to Singapore and scared your children.
I was so glad when I heard you were coming for the reunion.
But I may not be able to even get out of bed to see you.
I'm sorry that I was a constant embarrassment to you when you were growing up.
You see........when you were very little, you got into an accident, and lost your eye.
As a mother, I couldn't stand watching you having to grow up with one eye.
So… I gave you mine…..
I was so proud of my son who was seeing a whole new world for me, in my place, with that eye.
…With my love to you…
…Your mother…

*#%***### ˜_˜


Umar ibn ALkhatab said: (Once upon a time while we had some captives we saw captive a woman taking babies, held them tight and breast fed them.
The prophet asked us: Do you think this woman will throw his baby in fire? We said: No if she has the choice:
Then He said: Allah is more merciful to his worshiper than her with her son.)

The prophet (shollAllahu alayhi wasallam) Told us that we must obey Allah and His messenger at all times but after that Comes your mother, then your mother, then Your mother, then your father

Thanks Allah we are Muslims

Kamis, 22 Oktober 2009

It's too Late (part 2) Ayah, kembalikan tangan Dita........."

Sepasang suami istri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur.

Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" ....

Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "DIta yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik ...kan!" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan.

Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"...jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya. Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah. "Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah.. sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tdk akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?... Bagaimana Dita mau bermain nanti?... Dita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi, " katanya berulang-ulang.

Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf.

Copied directly from www.dudung.net

Senin, 19 Oktober 2009

It’s too late

Image Hosting

Satu kesempatan, di Lobi bandara aku duduk menunggu jam keberangkatan yang delay hingga satu jam. Mungkin ku tak terlatih untuk bersabar, sehingga yang ada di benakku hanya rasa kesal dan sesekali mulutku mengucap pelan kalimat-kalimat keluh dan kesah. Sudah satu jam setengah yang lalu sebenarnya aku chek in, tapi aku memilih untuk tidak menunggu di boarding room. aku hanya berjalan kesana-kemari lalu duduk kembali. Selanjutnya aku pergi ke shoping center membeli sebungkus biskuit. Setelah membayarnya dengan harga sedikit lebih mahal dari harga di market, aku menerima telpon dari seorang relasi kerjaku sambil berjalan menuju boarding room kemudian duduk di sebelah seorang lelaki tengah baya yang tersenyum menyambutku.
Masih sembari menelpon, aku mengambil sepotong biskuit yang ada di kursi kosong diantaraku dan orang tua itu. Namun yang mengejutkan diriku, lelaki itu turut mengambil sekeping biskuit sambil tersenyum lalu memakannya, tanpa rasa malu. “Dasar orang tak tahu diri” fikirku dalam hati. Setelah kututup telpon, kembali ku mengambil biskuit, dan... orang tua itu juga mengikutinya. Begitu setiap aku mengambil sekeping, orang tua itu mengambil juga satu keping. Hingga pada akhirnya hanya sekeping tersisa dalam bungkus biskuit itu. aku berfikir dalam hati, “baru kali ini ketemu orang yang benar-benar tak punya rasa malu”. aku pun menunggu apa yang akan orang tua itu lakukan dengan sisa biskuit di antara kami. Dan benar, orang itu mengambil keping terakhir biskuit. Dan sekali lagi tanpa rasa malu ia memotong biskuit menjadi dua bagian lalu menawarkan sebagiannya kepadaku. Dengan senyum sinis aku menolaknya, membiarkannya menghabiskan biskuit curiannya.
Akhirnya panggilan penumpang karena pesawat telah siap melegakan perasaan dan fikiranku. Dengan segera aku berjalan ke pintu mejuju pesawat. Setiba di dalam pesawat aku mencari nomor kursi 12E sesuai yang tertulis di lembaran yang kupegang.
Setelah duduk aku mencari majalah yang sengaja kubawa untuk bacaan selama terbang. Tapi tanganku menyentuh sesuatu yang mengejutkanku, plastik, biskuit. Ini kan biskuit yang kubeli di shoping center. Berarti biskuit yang kumakan berdua dengan orang tua tadi.................. astaghfirullah. Ingin ku kembali dan meminta maaf padanya. But....it’s too late. Ya Allah, aku telah menghinakan hambamu yang tulus memberikan senyuman padaku. Ampuni aku Ya Allah. Aku telah merasa benar dalam kesalahanku.

Teman Anda Juga Membaca: